Batik Truntum, Motif Klasik Bermakna Ungkapan Cinta

Sejarah yang kaya dengan filosofi mendalam bisa Anda dapatkan pada batik Truntum. Kain tradisional dengan corak seperti bintang di langit ini merupakan karya permaisuri Paku Buwana III. Motif cantik ini termasuk ke dalam jenis batik tertua, yang sampai sekarang pamornya seolah tidak meredup.

Meski banyak motif baru bermunculan, kecintaan konsumen terhadap corak bergaya klasik masih sangat besar. Termasuk pada Truntum, corak dengan ornamen geometris yang rapi dan elegan. Ulasan berikut akan membahas tentang corak kain tradisional dari Solo satu ini, secara lebih lengkap.

Mengulik Awal Mula Terciptanya Motif Batik Truntum

Sosok yang menciptakan motif batik Truntum adalah permaisuri Pakubuwono III dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Raja Pakubuwono III memiliki istri bernama Kanjeng Ratu Kencana atau Ratu Beruk. Sang Ratu menciptakan motif klasik tersebut sebagai ungkapan rasa cinta dan rindu pada suaminya.

Kanjeng Ratu Kencana tidak mampu melahirkan penerus tahta, sehingga suaminya harus menikah lagi. Ratu Beruk tidak dapat menentang keputusan tersebut, dan mencoba ikhlas menerima takdir. Untuk melampiaskan kerinduan dan rasa cintanya, Sang Ratu melukis motif batik baru.

Motif tersebut terinspirasi dari bintang-bintang di langit yang selalu beliau pandangi dalam kesendiriannya. Motif baru kemudian tercipta, menggambarkan bintang-bintang di langit yang tetap bersinar meskipun tanpa cahaya bulan.

Hasil karya tersebut merupakan harapan bahwa akan selalu ada kemudahan dan harapan, meski dalam situasi yang sulit. Sang Ratu sangat telaten dalam membuat batik sehingga menarik perhatian suaminya kembali. Seiring berjalannya waktu, rasa cinta Sang Raja kembali tumbuh karena sering bersua dengan ratunya.

Pakubuwana III sangat terkesan dengan hasil karya istrinya karena memiliki keunikan tersendiri. Sekilas, motif kain tersebut terlihat sederhana, tetapi mempunyai presisi yang mengesankan. Rasa terkesan ini yang akhirnya membuat raja membatalkan rencana pernikahan keduanya.

Penamaan corak kain tradisional ini tidak lepas dari kembalinya rasa cinta Sang Raja kepada permaisurinya. Rasa cinta dan ketulusan sepasang suami-istri akan selalu berkembang atau dalam istilah Jawa disebut tumaruntum. Alhasil banyak orang yang menyebut corak cantik ini sebagai motif Truntum.

Tampilan dan Ciri Khas Menarik Motif Batik Truntum

Motif kain tradisional bergaya klasik ini sekilas memang terlihat sederhana, tetapi memiliki presisi mengesankan. Selain itu, terdapat sejumlah elemen yang berpadu sempurna, menghasilkan ciri khas unik. Paling ikoniknya adalah corak bintang-bintang kecil yang merupakan elemen paling mendasar.

Ornamen tersebut ternyata sebagai gambaran kedekatan seorang hamba kepada penciptanya. Bintang juga menjadi simbol harapan orang tua kepada anak-anaknya yang sudah menikah, agar selalu mendekatkan diri kepada Tuhan.

Elemen lain pada batik Truntum adalah bunga tanjung yang terkenal harum dan sebagai simbol kewibawaan. Bunga tanjung menjadi daya tarik pusat, sekaligus simbol harapan agar cinta suami kembali bersemi.

Pada batik satu ini juga terdapat ornamen garuda, salah satu makhluk mitologi Jawa. Makhluk mitologi sering digambarkan pada batik, karena memiliki makna tersendiri. Pada corak batik ini, garuda adalah simbol kehidupan manusia yang beribawa.

Ornamen pelengkap pada motif khas Solo lainnya adalah belah ketupat. Belah ketupat merupakan bentuk geomteris yang memiliki simbol persaudaraan. Orang Jawa sering menyebut belah ketupat sebagai sedulur papat lima pancer.

Arti ungkapan tersebut adalah empat saudara kandung, atau kakang kawah adi ari-ari. Maknanya sangat mendalam, sebagai lambang bahwa manusia pasti memiliki saudara yang akan menjaganya.

Ragam Variasi Menarik Batik Truntum

Variasi pada motif kain tradisional ini terdiri atas beberapa macam. Uniknya, setiap variasinya memiliki makna tersendiri, tergantung elemen pengusungnya. Misalnya pada variasi Truntum Garuda, motif khas pernikahan.

Corak cantik ini mengusung beberapa elemen unik seperti burung garuda, Wahyu Kuncoro, serta Sri Kuncoro. Orang tua mempelai biasanya mengenakan variasi kain tradisional ini. Secara makna, Truntum Garuda berarti harapan anaknya bisa menjalani biduk rumah tangga yang penuh tantangan.

Ada lagi motif batik Truntum Garuda Sogan, corak paling awal buatan Ratu Kencana. Garuda Sogan memiliki bentuk sederhana, tetapi presisinya sangat menarik. Corak cantik ini kemudian menjadi cikal bakal turunan Truntum yang lain.

Simbol cinta dan ketulusan abadi begitu melekat pada desain klasik ini. Turunannya bisa Anda dapati pada Gurdho Lawasan. Lambang cinta bersemi kembali merupakan makna paling melekat dari motif klasik ini.

Penggunaan kain bercorak bintang ini kebanyakan untuk acara pernikahan, seperti pada motif Sri Kuncoro. Orang tua mempelai pada acara midodareni menggunakan kain berornamen geometris ini. Harapan agar rumah tangga anaknya agar bisa menempuh pernikahan yang bahagia merupakan filosofi dari motif cantik tersebut.

Selain motif turunan untuk pesta pernikahan, ada juga yang menggambarkan alur kehidupan manusia. Anda bisa menjumpainya pada varian Kuncoro, dengan ornamen sulur khasnya. Sulur tersebut merambat pada pohon hayat, tanaman surga, asal kehidupan manusia.

Tidak heran jika filosofinya sangat lekat dengan bagaimana alur kehidupan manusia. Kasih sayang dan rasa cinta keluarga juga menjadi simbol lain dari varian Kuncoro ini.

Jenis turunan Truntum dengan latar warna hitam bisa Anda jumpai pada Lawasan Kombinasi. Latar hitamnya membuat tampilannya terlihat elegan, dengan ornamen bunga tanjung khasnya. Bunga tanjung yang bertebaran ini juga seperti taburan bintang di langit malam.

Cantiknya Lawasan Kombinasi ini juga menyimpan makna cinta mendalam. Lambang cinta bersemi kembali menjadi simbol paling khas dari Lawasan Kombinasi. Motif bergaya klasik ini memang sangat identik dengan makna cinta, seperti pada jenis Sogan Lengko.

Batik Truntum ini hadir dengan desain bertaburan bunga dan bintang. Coraknya semakin cantik dengan hiasan belah ketupat. Lambang cinta tulus dan menerima segala cobaan dalam rumah tangga melekat pada Sogan Lengko.

Gaya Busana Menarik dengan Motif Batik Truntum

Meski tergolong kain bercorak klasik, tidak membuat gaya berbusana dengan motif khas Solo tampak monoton. Justru padu padan menarik bisa Anda wujudkan baik dengan gaya formal sampai kasual. Gaya formal bisa Anda wujudkan dengan kemeja lengan panjang bercorak Truntum.

Untuk materialnya, bahan sutra, satin, hingga katun adalah pilihan menarik. Gaya formal dengan kemeja Truntum lengan panjang cocok untuk menghadiri meeting, pernikahan relasi, dan berbagai pertemuan bersifat formal lainnya.

Warna dasarnya sangat bervariasi, tetapi mayoritas mengusung tema earth tone seperti coklat, gading, hingga hitam. Bagi yang ingin tampil lebih santai, kemeja lengan pendek bercorak Truntum adalah opsi menarik.

Penggunaan batik sebagai sarung juga menarik untuk melengkapi gaya santai Anda. Motif batik Truntum yang elegan cocok sebagai pilihan membuat sarung bermotif klasik. Bagi yang ingin tampil lebih santai, blouse dengan kerah melengkung adalah opsi tepat.

Selain itu, ada model outer, rok, hingga daster dengan corak Truntum yang indah. Anda bisa memainkan perpaduan warna yang sesuai untuk mempercantik gaya berbusana. Tentu saja, kualitas produknya juga memengaruhi penampilan secara keseluruhan.

Cari tempat jual batik terpercaya untuk mendapatkan produk asli dan pastinya secara kualitas tidak diragukan lagi. Anda dapat memercayakannya pada ajegmakmur.com untuk memesan aneka corak menarik, termasuk batik Truntum.

Layanan kustom baik dari segi kain, motif, warna, sampai kuantiti bisa Anda wujudkan dengan mudah. Pemesanan dalam jumlah besar untuk kebutuhan seragam akan dikerjakan secara optimal dengan dukungan peralatan dan tenaga kerja mumpuni. Proses order saat ini lebih mudah, hanya tinggal menghubungi nomor di website.